Sopir Cahaya Trans Baru 2 Kali Mengemudi Jalan Belum Dikuasai

Sopir Cahaya Trans Baru 2 Kali Mengemudi Jalan Belum Dikuasai

Jakarta, LayarNarasi.com Kecelakaan yang menimpa Bus Cahaya Trans beberapa waktu lalu kembali menjadi sorotan publik. Salah satu fakta yang mencuri perhatian adalah pengakuan tersangka sopir yang mengemudi bus tersebut. Ia mengaku bahwa pengalaman mengemudinya sangat minim, baru dua kali mengendarai bus, dan belum sepenuhnya memahami rute jalan yang lalui.

Pengakuan Sopir Minim Pengalaman

Dalam keterangannya kepada pihak berwenang, tersangka sopir menjelaskan bahwa ia belum terbiasa dengan kendaraan besar seperti bus dan jalur perjalanan yang kompleks. Ia mengaku baru dua kali mengemudi bus sebelum insiden terjadi, sehingga kontrol dan pemahaman terhadap kondisi jalan masih terbatas. Pengakuan ini menjadi sorotan karena menunjukkan faktor kurangnya pengalaman yang bisa berkontribusi pada terjadinya kecelakaan.

Pihak kepolisian menegaskan bahwa seluruh prosedur hukum akan tetap jalankan untuk mengungkap penyebab utama kecelakaan, termasuk faktor human error dan mekanisme operasional bus. Beberapa saksi di lokasi kecelakaan juga menyebutkan bahwa sopir terlihat bingung dan kesulitan mengendalikan bus, terutama saat memasuki jalur sempit dan tikungan. Hal ini sejalan dengan pengakuan tersangka yang belum menguasai jalur dan kendaraan yang kendarainya.

Dampak dan Tindakan Pihak Berwenang

Minimnya pengalaman sopir ini memunculkan pertanyaan serius mengenai prosedur perekrutan dan pelatihan sopir bus di perusahaan transportasi. Pihak berwenang menekankan pentingnya pelatihan yang memadai, terutama bagi sopir kendaraan besar yang membawa banyak penumpang, agar kecelakaan serupa tidak terulang. Selain itu, perusahaan Cahaya Trans minta bertanggung jawab untuk mengevaluasi sistem pelatihan, verifikasi pengalaman sopir, dan penerapan standar keselamatan yang lebih ketat. Kecelakaan ini menjadi pengingat penting bahwa keselamatan transportasi publik sangat bergantung pada kompetensi sopir dan prosedur operasional yang jelas.

Reaksi publik terhadap pengakuan sopir yang minim pengalaman juga beragam. Banyak yang menekankan perlunya pengawasan ketat dan prosedur seleksi sopir yang lebih profesional, sementara sebagian lain menunjukkan simpati. Terhadap tersangka yang mungkin belum mendapat pelatihan cukup sebelum beri tanggung jawab besar. Kasus Bus Cahaya Trans ini menyoroti bahwa pengalaman sopir dan pemahaman terhadap jalan sangat penting untuk keselamatan penumpang. Pengakuan bahwa sopir baru dua kali mengemudi dan belum menguasai rute menjadi pelajaran penting bagi perusahaan transportasi. Pihak berwenang, dan masyarakat tentang pentingnya standar keselamatan, pelatihan, dan pengawasan agar insiden serupa tidak terulang.