Aiptu Eko Yulianto: Polisi Ubah Sampah Jadi Peluang Ekonomi

Aiptu Eko Yulianto Polisi Ubah Sampah Jadi Peluang Ekonomi

Serang, Banten, LayarNarasi.com — Di tengah permasalahan sampah yang terus meruncing di banyak daerah, muncul sosok inspiratif dari jajaran Polri: Aiptu Eko Yulianto, yang mendirikan Bank Sampah Berkah Bhayangkara di Kramatwatu, Kabupaten Serang. Inisiatif ini tidak hanya menyelesaikan masalah lingkungan, tapi juga memberdayakan masyarakat lokal.

Latar Belakang & Motivasi

  • Aiptu Eko Yulianto adalah anggota Polsek Waringin Kurung, Polresta Serang Kota. Karena keprihatinannya terhadap sampah yang menumpuk, ia kemudian berinisiatif membentuk bank sampah sejak Januari 2022.
  • Menurut Eko, Kabupaten Serang saat itu “darurat sampah” karena tidak memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sementara kerja sama dengan TPA Cilowong putus.
  • Untuk mewujudkan visinya, Eko tidak hanya mengandalkan niat baik: dia belajar pengelolaan sampah dari Asosiasi Bank Sampah Indonesia dan Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia.

Mendirikan & Mengelola Bank Sampah

  • Bank Sampah Berkah Bhayangkara berlokasi di Kampung Baru, Desa Kramatwatu, Kecamatan Kramatwatu.
  • Sistemnya cukup formal: sampah anorganik (plastik, kardus, kertas, besi, dsb) ditimbang setiap hari. Nilai hasil pemilahan kemudian dicatat dalam buku tabungan anggota.
  • Awalnya hanya unit kecil dengan kira-kira 30 anggota, tetapi pada 2023 Bank Sampah Berkah Bhayangkara sudah naik status menjadi Bank Sampah Induk (BSI). Anggotanya kini mencapai sekitar 1.000 orang.
  • Alhasil, tabungan dari sampah bisa sangat signifikan. Beberapa nasabah bahkan memiliki tabungan jutaan rupiah dari hasil memilah sampah.

Dampak Sosial dan Lingkungan

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

  • Dengan sistem tabungan sampah, warga mendapat insentif nyata untuk memilah sampah dari rumah. Eko membeli sampah hasil pemilahan warga dengan harga lebih tinggi dibanding pengepul biasa.
  • Bank sampah ini juga menyerap tenaga kerja: saat ini sudah mempekerjakan sekitar 10 orang yang sebelumnya menganggur.

Inovasi Pengelolaan Sampah Organik

  • Eko tidak berhenti hanya di sampah anorganik. Ia bekerja sama dengan Paguyuban Pecinta Lingkungan (Papeling) untuk mengelola sampah organik menggunakan maggot BSF (larva lalat tentara hitam).
  • Ini menjadi solusi berkelanjutan sekaligus menciptakan nilai ekonomi dari sampah organik.

Kolaborasi dengan Pemerintah & Industri

  • Di bawah inisiatif Eko, Bank Sampah Berkah Bhayangkara ikut serta dalam program Jawara Berkah, program kolaborasi antara Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Banten dan industri.
  • Program ini mendorong ekosistem ekonomi sirkular: sampah bukan lagi limbah, tetapi bahan baku bernilai ekonomi.

Filosofi Polri Presisi & Kepedulian

  • Lewat gerakan bank sampah, Eko menjalankan jargon Polri Presisi: kehadiran polisi yang bukan hanya menjaga keamanan, tapi juga peduli terhadap lingkungan dan masyarakat.
  • Ia aktif menyampaikan pesan-pesan keamanan dan kerukunan (kamtibmas) saat kegiatan bank sampah. Karena bersifat informal, pesannya sering lebih mengena di hati masyarakat.
  • Sosok Eko sangat sederhana: tubuhnya langsing dan ia memilih mencukur rambutnya hingga plontos demi kepraktisan.
  • Ia juga dikenal relijius dan mendapat panggilan “Pak Haji Eko” dari warga.

Tantangan & Rencana ke Depan

  • Walaupun sudah berkembang, Eko dan tim masih terus bersosialisasi dari rumah ke rumah agar semakin banyak warga yang mau memilah sampah.
  • Dia juga merencanakan pengolahan sampah jadi produk bernilai ekonomis — baik dari organik maupun anorganik — supaya bank sampah bisa makin mandiri dan berkelanjutan.
  • Dengan program “Jawara Berkah” dan kerja sama industri, masa depan bank sampah Eko bisa menjadi model bagi daerah lain di Banten dan wilayah lain di Indonesia.

Kesimpulan: Polisi, Aktivis Lingkungan, dan Agen Perubahan Sosial

Aiptu (atau Aipda) Eko Yulianto bukan hanya polisi biasa. Ia adalah simbol bahwa anggota kepolisian bisa menjadi agen perubahan sosial dan lingkungan. Dengan mendirikan Bank Sampah Berkah Bhayangkara, dia menunjukkan bahwa sampah bisa menjadi peluang — bukan hanya beban. Gerakannya tidak hanya menyelesaikan masalah kebersihan, tetapi juga memberdayakan warga lewat tabungan sampah, lapangan kerja, dan edukasi lingkungan. Maka, Eko bukan hanya pelopor bank sampah, tetapi juga teladan polisi modern: peduli, inovatif, dan berpihak pada masyarakat.